Jumat, 15 Maret 2013

Prestasi dan Potensi Desa

Desa Bhuana Giri sudah memiliki beberapa prestasi yang sangat membanggakan, antara lain sebagai berikut,
  • Juara 4 tingkat nasional lomba "Desa Peduli Kehutanan" pada tahun 2012


Selain prestasi, Desa Bhuana Giri juga memiliki potensi yang patut dikenal oleh masyarakat luas, antara lain sebagai berikut.



  • Desa dengan penghasil kerajinan anyaman bambu


  • Kelompok wanita tani



Senin, 11 Februari 2013

Keadaan Ekonomi

Struktur perekonomian Desa Bhuana Giri, masih bercorak agraris yang menitikberatkan pada sektor pertanian. Hal ini didukung oleh  penggunaan lahan pertanian masih mempunyai porsi yang terbesar sebanyak 87 % dari total penggunaan lahan desa. Juga 74 % mata pencaharian penduduk menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Pada sektor ini komoditi yang menonjol sebagai hasil andalan adalah kelapa, salak, kakao, cengkeh, palawija, ternak sapi, babi dan ayam kampung.
Beberapa sektor ekonomi yang tergolong economic base dan menonjol di samping sektor pertanian adalah, perdagangan, industri rumah tangga dan pengolahan,  serta pengusaha penambangan galian C berupa pasir dan batu.
Pada sektor perdagangan banyak muncul dan tumbuh kios-kios yang melayani/menjual sembako serta kebutuhan masyarakat lainnya. Di samping sebagian yang menjadi pembeli hasil bumi masyarakat yang kemudian dijual ke Pasar Bebandem atau ke pengusaha hasil bumi lainnya.. Sedangkan fasilitas pasar yang ada di desa belum berfungsi sebagaimana harapan masyarakat, yaitu Pasar  Biade yang dikelola kerja sama Desa Adat Komala dengan Badan Pengelola. Sehingga diprogramkan untuk memberdayakan pasar tersebut ke depan serta direncanakan membuat pasar desa di Cemara Tebel Linggasana, guna melayani keperluan  masyarakat baik untuk membeli hasil panennya maupun tempat masyarakat mencari keperluan sehari-hari.

Pada sektor industri rumah tangga dan pengolahan termasuk didalamnya adalah kerajinan ukir dan membuat pelinggih/sanggah, menjahit, kerajinan ulat ata. Di samping itu ada juga industri rumah tangga melayani pesanan perlengkapan upacara yadnya (seperti :sesajen, perlengkapan sesajen, katik sate dll.), serta pembuatan kue-kue keperluan upacara/acara dan untuk dijual ke pasar seperti : tape, kacang gempel, kue-kue basah lainnya, kue-kue untuk yadnya seperti : begina, kaliadrem, buntilan, reta.

Pada sektor jasa, yang menonjol adalah tumbuhnya lembaga/istitusi keuangan mikro berupa Koperasi, LPD  sebagai pendukung ekonomi desa. Hal ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam perkembangan ekonomi desa secara keseluruhan. Di samping itu sektor jasa yang lain adalah buruh tukang bangunan yang sangat dibutuhkan pula oleh masyarakat bila ada dana/simpanan lebih dijadwalkan untuk merehab atau membuat bangunan, serta buruh di sector perkebunan/pertanian, sangat diperlukan saat memanen bunga tanaman cengkeh, serta menyiangi dan merabuk tanaman-tanaman perkebunan dan pertaniannya seperti palawija.

Keadaan Sosial Budaya


Jumlah penduduk Desa Bhuana Giri berdasarkan hasil sensus pada tahun 2010, adalah sebanyak 6.502 jiwa, terdiri dari 3.293 jiwa penduduk laki-laki dan 3.209 jiwa penduduk perempuan, yang terdiri dari 1.722 RT. Sedangkan jumlah RTM sabanyak 1.060 RTM.

Struktur penduduk menurut pendidikan menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Desa Bhuana Giri yaitu yang berusia pada usia pendidikan dasar 7 tahun s/d 16 tahun (pendidikan sekolah dasar dan menengah)  yang belum pernah sekolah 15 %, sedang mengikuti pendidikan 64 % dan sisanya  21 % tidak bersekolah lagi.

Sedangkan yang berusia di atas 16 tahun  (diatas usia pendidikan dasar) yang belum pernah sekolah 50 %, sedang mengikuti pendidikan 12 % dan sisanya 38 % tidak bersekolah lagi, baik pada tingkat lanjutan dan perguruan tinggi. 

Struktur penduduk menurut mata pencaharian menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk menggantungkan sumber kehidupannya di sektor pertanian 74 %, sektor lain yang menonjol dalam penyerapan tenaga kerja adalah perdagangan 4 %, sektor industri rumah tangga dan pengolahan 3 %, sektor jasa 5 % dan sektor lainnya seperti pegawai negeri, karyawan swata dari berbagai sektor 14 %. Adapun struktur penduduk menurut agama menunjukkan semua penduduk Desa Bhuana Giri memeluk agama Hindu.

Dalam konteks ketenagakerjaan ditemukan bahwa 63 % penduduk usia kerja, yang di dalamnya 85 % sudah bekerja dan 15 % belum bekerja/menganggur.

Kebudayaan daerah Desa Bhuana Giri tidak terlepas dan selalu diwarnai oleh Agama Hindu dengan konsep “Tri Hita Karana” (hubungan yang selaras, seimbang dan serasi antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya)

Demografi Bhuana Giri


Secara tofografi, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem merupakan daerah landai  dan perbukitan dengan ketinggian 300 s/d 1.750 meter di atas permukaan laut, dengan batas wilayah administratif sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kubu
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Budakeling
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bebandem dan Desa Jungutan

Luas wilayah Desa Bhuana Giri sekitar 1.658,47 ha, dengan perincian penggunaan  dipilah menjadi daerah pemukiman 41,30 ha, tanah sawah 82,61 ha, pertanian lahan kering/ perkebunan/tegalan 1.352,66 ha, hutan 106,90 ha dan  penggunaan lain-lain (fasilitas umum, pura, setra, jalan, lapangan dan sebagainya) seluas  75,00 ha.


Desa Bhuana Giri memiliki jalan sepanjang 83,91 km, dengan rincian :  jalan kabupaten 17,81 km, jalan desa 22,6 km dan jalan dusun/banjar sepanjang 43,5 km. Dengan kondisi beraspal sepanjang 20,31 km, beton sepanjang 5,5 km, geladag 1 km, dan jalan tanah sepanjang 57,1 km.

Sejarah Desa Bhuana Giri


Desa Bhuana Giri lahir dari suatu proses perjuangan panjang dari para tokoh pemuda yang tergabung dalam HIPPPMAH (Himpunan Pemuda, Pelajar, Pegawai dan Mahasiswa) Desa Adat Komala, tiga di antaranya adalah I Ketut Mangku Aryawan, I Made Dauh Suansara, dan I Wayan Jati. Di samping itu dibantu pula oleh tokoh lainnya seperti I Made Ada Sudiasa, I Komang Merta (Alm), I Wayan Bukti, I Ketut Gelonok, I Made Degeng (Alm), I Made Tandur (Alm), I Wayan Putu serta masyarakat Desa Bhuana Giri lainnya, yang waktu itu masih menjadi bagian dari Desa Budakeling. Setelah melalui perjuangan yang panjang, bahkan menurut I Nengah Puger (mantan Kelian Dusun Linggasana) perjuangan pemekaran sudah dimulai tahun 1973, maka dengan dukungan Perbekel Budakeling saat itu yaitu Ida Wayan Gede, perjuangan yang dimotori pengurus dan anggota HIPPPMAH membuahkan hasil dengan turunnya SK Bupati tanggal 18 Agustus 1998 yang menetapkan Desa Persiapan Bhuana Giri. Dengan Perkantoran seadanya di Balai Masyarakat Desa Adat Komala awalnya, kemudian dengan usaha yang gigih bersama tokoh-tokoh masyarakat, dapat disebut seperti I Made Tandur (Alm), I Wayan Sudarsana, I Made Pica, I Wayan Jati, I Made Dauh Suansara, I Ketut Mangku Aryawan, maka berdirilah Kantor Desa yang ada saat ini, dengan bantuan material dari para investor seperti GMT dan Pak Mandra. Adapun yang mendapat tugas menjadi Perbekel adalah I Wayan Sulendra, dengan Sekretaris Desa I Made Pica, SE.   

Akhirnya dengan mengucap syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa pada tanggal 13 Pebruari 2003 dikeluarkannya SK Bupati yang menetapkan Desa Bhuana Giri sebagai desa difinitif. Kemudian pada tahun 2004 dilakukan pemilihan Perbekel pertama setelah difinitif dengan pemilihan secara langsung, umum, bebas dan rahasia.

I Wayan Sulendra menjadi Perbekel Persiapan digantikan oleh Ir. I Nengah Diarsa setelah memenangkan pemilihan Perbekel I secara demokratis pada tahun 2004. Selanjutnya lewat pemilihan pula pada tahun 2009 terpilihlah Perbekel III yaitu Ir. I Ketut Kerta yang dilantik pada tanggal 12 Agustus 2009 oleh Bupati Karangasem untuk masa bakti 2009 – 2015.